![]() |
Foto saat merayakan ulang tahun Michael, adikku, 12 Desember 2017 |
"Malam ini ku sendiri, tak ada yang menemani.. Syalalala" (terusin sendiri ya nyanyinya).
Malam ini aku sendirian (ngetiknya). Aku bingung mau nulis tentang apa. Tapi, aku ada sedikit cerita tentang anak-anak didikku. Ada apakah gerangan? Hayuk, baca ceritanya.
**
Ba'da magrib..
Satu persatu anak-anak les masuk ke dalam ruangan. Mereka duduk dengan rapi dan berdoa pun dimulai. Setelah berdoa, Aku dan mama membagi tugas untuk mengajari mereka belajar. Aku mengajari anak tingkat MI kelas 3 dan 6 serta anak tingkat SMP. Lalu, mamaku mengajari anak tingkat MI kelas 2 dan 4.
Hari itu benar-benar hari yang cukup melelahkan buatku, terutama hatiku. Menghadapi mereka, membuat kesabaranku harus ditingkatkan lagi. Nay dan Liza, dua murid yang amat sangat berbeda kepribadiannya. Ditambah lagi dengan Gilang (aku seterong kok). Ketiga anak inilah yang membuatku kuat lahir batin (alay, haha).
Saat mengerjakan tugas dari sekolah, Nay merasa ogah-ogahan mengerjakannya, karena yang dikerjakan adalah tugas matematika (berjuanglah nak).
"besok ada tugas ngga nih? ", tanyaku.
"ada Mbak, matematika. Ah, Aku malas ngerjainnya", ujar Nay.
"kok gitu? "
"habisnya, PRnya banyak. Aku malas menghitungnya", ucap Nay.
"kalau Liza, gimana? Sudah selesai atau belum PRnya?", tanyaku melirik Liza.
"iya itu matematika mbak. Aku sudah kok. Ini dia", sahutnya sambil menyodorkan buku tugasnya.
Aku mengoreksi tugas Liza. Ada beberapa yang salah dan aku harus mengajarinya untuk menghitungnya kembali. Nay yang sedari tadi memperhatikanku dengan Liza, raut wajahnya mulai berbeda. Ada perasaan iri yang terpancar diwajahnya. Aku melirik dan mengajaknya untuk menyelesaikan tugas bersama-sama. Namun dia tetap tidak mau.
"kamu kenapa sayang? Ayo dikerjain bareng bareng sama Liza", ajakku. Namun, Nay tidak memperhatikanku. Tak lama kemudian, dia meledek aku dan Liza.
"Ciye, mbak Bella sama Liza berduaan", pungkasnya dengan senyum kecut.
"Oh Tuhan, kenapa lagi anak ini?", gumamku dalam hati.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga tugas hari ini. Ayo Nay kerjakan tugasmu sekarang. Liza sudah selesai lho," ajakku sedikit memaksa.
"ah ngga mau, aku ngga mood ngerjainnya, mbak.. Nanti saja aku kerjakan dirumah," dengan nada sedikit marah.
"hhm, ya sudah kalau tidak mau mengerjakan. Tapi janji ya, dikerjakan dirumah. Mbak ngga mau kalo salah satu dari kalian dapat hukuman dari bu guru karena ada yang tidak mengerjakan PR. Terus kalian nyalahin mbak gitu aja. Mbak ngga mau kalian seperti itu, karena mbak sudah nyuruh kalian untuk mengerjakannya dan kalian malah seperti ini. Paham?," ucapku sedikit tegas.
"hhm", jawab Nay.
Berbeda lagi dengan Gilang. Gilang merupakan anak yang menurutku amat sangat slow (kepribadiannya). Setiap kali pelajaran dimulai, dia melakukan sesi curhat terlebih dahulu (mama dan aa'; curhat dong. Eeaakk). Dia curhat kurang lebih setengah jam. Aku hanya bisa mendengarkan dan menjawab antara jawab iya atau oh begitu?, karena aku pun bingung harus menjawab apa. Terkadang, Aku menjadi orang yang serba salah di dunia ini. Kenapa? Setiap kali aku mengajari mereka, pasti ada yang menginginkan perhatianku harus tertuju pada salah satu dari mereka, dan akhirnya menyebabkan iri dalam diri mereka. Serba salah kan jadinya (Raisa banget kan?), padahal semuanya aku perhatiin lho. Aku kan memang tipe orang yang perhatian (eehh). Ya, walaupun begitu, aku harus tetap profesional dan tidak boleh pilih kasih terhadap mereka. Awalnya memang terasa berat, karena disini aku harus dihadapkan dengan berbagai karakter masing-masing anak. Rasa-rasanya aku ingin marah, aku ingin menangis. Tetapi, berkat mama yang selalu memberiku nasihat untuk tetap selalu sabar dalam menghadapi anak-anak, lambat laun aku pun terbiasa dengan itu.
Tidak hanya ketiga anak diatas yg ku sebutkan tadi, tapi masih banyak lagi karakter-karakter anak-anak didikku yang menggelitik hati. Diantaranya, Rofi, dia adalah murid kelas 3 MI yang selalu berangkat les lebih awal dibanding teman-temannya, dan pada akhirnya dia tidur di dalam ruangan sambil menunggu yang lain datang (sungguh luar biasa kau nak). Beberapa menit kemudian, anak-anak yang lain berdatangan dan mulai menjahili Rofi. Rofi terbangun dan kurasa belum benar-benar terbangun, dia keluar ruangan dan pulang tanpa membawa tas.
"lah, Rofi mau kemana?", teriakku. Dia menghiraukan teriakanku dan nyelonong pergi. Akhirnya kami semua belajar tanpa Rofi. Bisa dibilang hampir setiap hari dia seperti itu. Selang beberapa menit, Rofi kembali keruangan.
"Assalamualaikum..", ucapnya.
"Waalaikumsalam. Darimana kamu tadi?", tanyaku.
"anu.. Mbak. Aku tadi pulang ngelanjutin tidur sebentar terus balik lagi kesini", jawabnya dengan polos. Semua yang ada diruangan menertawakannya.
Belum lagi ada yang selalu menggombaliku di tiap jam belajar. Tak lain dan tak bukan adalah Jinun, Rizal, Bagus dan Farid. Mereka berempat merupakan murid kelas 6 MI. Dan beberapa diantara anak yang pendiam adalah Dani, Naufal, Fachri dan Andre. Ada satu lagi, Sandi, dia murid kelas 2 SMP. Sandi sama halnya dengan yang lain, dia juga aktif dalam segala hal. Sebagian besar mereka adalah murid di sekolah alumniku dulu, yakni MI Al Hidayah Pagotan. Bagiku, bagaimanapun karakternya, mereka semua merupakan anak-anak yang cerdas, aktif dan disiplin.
Bagaimana? begitu beraneka ragam, bukan?. Melihat kepolosan mereka, melihat canda tawa mereka, disitulah aku menemukan kebahagiaanku saat bersama-sama dengan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar